Sarah El Hurriyah ( 2 Januari 2011) |
31 Desember 2010
Keramaian,kembang api,terompet slalu menghiasi malam pergantian tahun.
Berkumpul dengan keluarga dirumah,itu yang aku lakukan.
Kontraksi yang semakin sering terjadi membuatku merasa tak enak.
Sudah dua malam sebelumnya aku tak bisa tidur nyenyak.
Setelah ku mengaduh kesakitan, suamiku langsung berinisiatif untuk memanggil taksi dan segera ke Rumah Sakit malam ini juga.
Perjalanan agak terganggu,karena waktu menunjukkan jam 22:00wita. Dan tumpah ruah semua orang yang ingin merayakan tahun baru sesak memenuhi badan jalan, semua mengarah ke sebuah lapangan untuk melihat pesta kembang api disana, yang letaknya persis RS yang kutuju.
Setelah masuk melalui UGD,ku sampai di RS.Pertamina. Masih menahan sakit, kemudian aku dibawa ke ruang observasi untuk persalinan di lantai 2.
Seorang bidan datang untuk mengecek berapa besarnya pembukaan, merekam detak jantung bayi, dan memasukkan seperti jeli, memancingku untuk buang air besar.
Aku sudah berada di pembukaan dua. Masih cukup lama untuk sampai pembukaan maksimal yakni sepuluh. Dulu kupikir pembukaan sepuluh itu kesepuluh jari bidan bisa masuk.haha. Ternyata aku salah besar. ;p
Dari balik jendela kuihat pesta kembang api yang berada di pantai. Dalam hati saya berkata sedikit cemas.
''Ya Allah, berikanlah aku kekuatan,ketenangan dan kesabaran untuk menghadapi persalinan ini. Mudahkanlah dan lancarkanlah''.
Malam yang sangat panjang, kulalui dengan banyak berzikir dan mengatur napas ala senam hamil saat kontraksi datang. Tak bisa lagi kupejamkan mata ini, tidur salah, terlentang salah, duduk juga salah. Jadi serba salah, ku jalan-jalan di sekitar ranjang.
***
1 Januari 2011
Sampai subuh tiba, suamiku sudah kembali dari tidurnya. Bidan mulai mengecek kembali pembukaan ku. Sudah mulai ada perkembangan, bukaan tiga. Alhamdulillah pikirku.
Pagi pertama di tahun 2011,
Ku diperbolehkan jalan-jalan. Keliling RS, naik turun tangga itu yang kulakukan berdua dengan suami.
Sepertinya hampir semua sudut RS sudah kulewati. Sambil sesekali meringis menahan mules perutku yang datang tiba-tiba, aku tetap memaksa untuk berjalan.
Sepertinya usahaku membuahkan hasil sampai jam 5 sore, aku sudah mencapai pembukaan 5. Semua peralatan disiapkan. Aku sudah pindah di kamar siap bersalin.
Setelah lepas magrib, ternyata aku belum mengalami kemajuan yang berarti. Dan mendadak kurasakan cairan ketuban merembes keluar.
''Oh Tidak!''
Perasaanku langsung tidak enak dan panik. Sampai seorang bidan datang membawa sebuah gunting tajam yang coba disembunyikannya dariku. Kira-kira jam 8 malam, ketubanku sengaja dipecah. Rasanya,hmmm tentu saja sakit.
Setelah dua jam berselang, kondisiku semakin memburuk. Tak ada kemajuan pembukaan. Seakan berhenti di angka lima. Panik, cemas dan khawatir itu yang kurasakan. Tak boleh kemana-mana hanya berbaring saja di ranjang.
Jam 23:30 malam. Bidan kembali datang, tiba-tiba menyuntikkan sesuatu di infusku. Yup. Aku diinduksi istilahnya dirangsang untuk kontraksi. Tujuannya agar pembukaannya bisa sampai maksimal dalam waktu cepat. Karena cairan ketubanku sudah dipecah sebelumnya.
Kulihat mesin perekam detak jantung bayiku masih berbunyi normal. Tiba- tiba kurasakan sakit yang teramat hebat menderaku. Rasa sakit nya tiga kali lipat dari sebelum induksi itu diberikan. Tak berhenti ku berzikir dan mengaduh kesakitan. Tak lepas tanganku menggenggam erat tangan suami disampingku.
Mencoba untuk menuntunku, mempraktekan pernapasan yang diajarkan saat senam hamil. ''Ambil napas panjang lewat hidung, tahan, buang lewat mulut''. Begitu perintahnya berulang-ulang. ''Rasakan dan nikmati setiap kontraksinya, jangan dilawan, jangan mengejan!'' Begitu lamat-lamat yang kudengar.
Bila dalam waktu tiga jam setelah diinduksi, aku tidak mengalami kemajuan, maka Dokter akan mengambil tindakan operasi ( Caesar). Hiii..mendengarnya saja degup jantungku sudah mendadak hilang. Apalagi saat suamiku disuruh menandatangani sebuah surat untuk mengambil tindakan bila kondisiku semakin memburuk.
Dia menyemangatiku terus. Dan kami menjadi tim yang sangat kompak. ''Ayo tunjukkan dalam waktu dua jam kamu harus bisa sampai pembukaan maksimal, nikmati saja rasa sakitnya. Aku tahu kamu bisa!'' Bisik suamiku.
Dalam keadaan setengah tidurpun, Ia terus membimbing pernapasanku. Kulihat tak ada rasa bosan dan lelah sedikitpun. Padahal aku sudah menjadi makhluk yang paling menyebalkan dan tak terkontrol. Menangis pun aku sudah tak bisa. Karena pastinya akan mempengaruhi konsentrasiku untuk mengatur napas.
Karena baru kutahu ternyata untuk sampai pembukaan maksimal, sangat diperlukan adanya kontraksi memmacu rasa sakit mulas yang teramat hebat, yang akan mendorong bayi dalam posisi siap luncur. Nah proses kontraksi tiap orang berbeda-beda ada yang cepat ada yang lambat. Banyak hal yang mempengaruhi cepat lamanya pembukaan.
Nah, diinduksi atau tidak pun rasanya sama-sama sakit. Dilakukan induksi agar lebih cepat terjadinya kontraksi dan ada pertimbangan alasan medis.
***
2 Januari 2011
Dini hari jam 2 pagi bidan datang dan mengecek pembukaanku. Delapan. Alhamdulillah perjuanganku membuahlan hasil. Hampir sedikit lagi untuk bisa mencapai pembukaan maksimal. Semakin semangat suamiku membimbingku dengan aba-aba yang sama.
Jam 2:30. Aku sudah merasakan rasa mulas yang hebat seperti mau buang air besar. Alhamdulillah sudah bukaan sembilan, sebentar lagi sepuluh. Dokter pun sudah dihubungi, ketiga bidan yang sudah siap dengan peralatan masing-masing menunggu sampai bukaan ku maksimal, dan pastinya menunggu dokter datang.
Hampir menyerah dan putus asa itu yang tadinya terpikir di kepalaku. Dengan rasa sakit yang hebat, tenagaku sudah habis. Untuk mengejan, aku sudah tak kuat lagi.
Tapi kulihat wajah suamiku yang terus menyemangatiku, dan sudah kepalang basah. Sebentar lagi aku akan menjadi seorang Ibu pikirku. Kutahan rasa lemas yang mendera. Kukumpulkan sisa-sisa tenaga. Kulihat wajah Dokter sudah didepanku. Membimbingku untuk mengejan.
Detik-detik yang menegangkan buatku. Dua orang bidan mendorong perutku dari atas, satu bidan dan Dokter didepanku. Suamiku terus berteriak menyemangatiku. Sekitar lima kali ku mengejan, sampai akhirnya kepala bayiku meluncur keluar, sisa badannya melesat begitu saja.
Jam 2:55 wita
Alhamdulillah, dalam hati ku terus berucap. Rasa lega yang teramat sangat. Aku sudah benar-benar kehilangan tenaga, ketika Dokter berkata bayiku seorang perempuan, dengan berat 4 kg dan panjang 51 cm.
Subhanallah, setelah selesai dibersihkan dan diazani suamiku. Kulihat sekilas parasnya yang bersih. Bidadari kecilku. Setelah 42 minggu berada didalam perutku. Kubawa kemanapun kupergi, Kunantikan hadirnya didunia ini, Kudoakan Ia setiap waktu. Perjuangan setengah hidup dan mati. Subhanallah.. ternyata begini rasanya perjuangan seorang Ibu yang dulu melahirkanku kedunia ini.
''Sarah El Hurriyah''
Anak perempuan pertamaku, lahir pada tanggal 2 Januari 2011 jam 2:55 wita di RS. Pertamina Balikpapan. Dengan berat 4 kg dan panjang 51 cm.
''Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa ''
(Q.S Al-Furqan : 74)
***
Balikpapan, 11 Januari 2011
1:20 wita
Di waktu begadang malamku saat menjaga buah hatiku*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar