Hari Sabtu saatnya bersantai ria.
Langit sedari pagi mendung,
Hujan hampir tiap harinya mengguyur Balikpapan.
Tapi hari ini sepertinya cerah. Menurut prediksi sotoy saya aja sih. Hehe.
Karena hari ini saya tidak punya agenda kewajiban apapun, begitu juga suami saya. Maka kami putuskan untuk pergi ke suatu tujuan.
Jalan-jalan kali ini kita putuskan ke Kebun Raya Balikpapan (KRB). Okey, kids. Let's Go!
Banyak orang yang memang belum mengetahui keberadaan KRB ini. Padahaaaaal ini udah dibangun sejak tahun 2005 loh. Walaupun baru saja diresmikan oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto serta Kepala LIPI, Lukman Hakim pada tanggal 20 Agustus 2014.
Hihi. Lamaaa amat ya ternyata saya baru 'ngeh' nya kalo ada juga loh KRB di kota tempat saya tinggal. Setelah udah jalan-jalan ke enklosur beruang, trus sampe manjat naik-naik jembatan pohon di Bangkirai, mengunjungi tempat wisata air di km.20 (lupa namanya), tempat outbond gazebo di km berapa lupa juga euy, atau masuk ke hutan mangrove di tengah kota, eiiiitss ternyata ada yang belum saya kunjungi lagi.
Yep, saya memang memilih berwisata ke alam. Selain ke mall ya. Haduuuh gak mau juga sih mendidik anak-anak jadi kaum hedon yang gila shopping. Mending, ke tempat refreshing yang murah meriah gak ngabisin banyak uang. Hahhahaa.Ketauan aslinya mau irit*
Tepatnya di Jl. Soekarno Hatta km 15km. Dari arah Balikpapan kota. Coba amati ke arah kiri kalo udah masuk km 15. Nah, kalo udah liat PLN KarangJoang. Masuk ke arah kiri. Ada koq plang nya dipinggir jalan. Gede bangeeet. Kalo sampe gak keliatan, berarti lagi kelilipan tuh.hehe. Teruuuus aja kira-kira 1km lah. Kayaknya sih, gak ngukur juga sih. Pokoknya gak jauh lah, gak sampe ketiduran koq. Beneran deh.
Pas di pintu masuk. Keliatan ada tulisannya KRB. Trus masuk puter tugunya, belok kanan.
Udah deh keliatan pos penjaganya.
Pas udah masuk sih, aman-aman aja. Alias sepiiiii. Gak ada petugas jaga di gerbang depan. Nah, setelah beres parkir mobil. Baru deh ada satu orang petugas yang bisa ditanya-tanyain. Sekalian minta jepretin foto kami. Haiyaaaah.tetep eksis*
Masuk isi buku tamu dulu ya. Sebagai pengunjung yang baik. Tamu harap lapor. Jadi pengunjung bisa teregistrasi dengan baik. Bangunan utamanya sangat ditata apik sekali. Kayaknya niat deh. Setelah melihat-lihat maket. Lalu kamipun masuk berkeliling. Gak diminta bayaran sama sekali. Alias GRATIS! Uhuyy.asiik banget kan.
Ada sebanyak 1.200 spesies tanaman telah ditanam di kawasan ini sejak tahun 2007 silam, diantaranya kayu-kayu genus dipterocarpaceae, seperti meranti, kapur, ulin, keruing, bengkirai dan gaharu.
Jumlah koleksi per Desember 2012 yang terdapat di pembibitan sebanyak 278 jenis, 5.280 spesimen sedangkan yang sudah tertanam sebanyak 112 jenis, 1.801 spesimen sementara itu yang terekap dalam database tanaman 150 jenis, 29.798 spesimen.
Selain koleksi tumbuhan kayu, Kebun Raya Balikpapan juga menanam koleksi tanaman buah penting khas Kalimantan.
(Ini saya kutip dari sumber web resminya)
Sewaktu menginjakkan kaki kedalam. Berasaaaa sekali suasana hutan alaminya. Langsung keinget jaman kuliah dulu. Seriiing banget masuk hutan. Sebenernya udah gak asing buat saya.
Sebagai seorang forester. Setidaknya seorang lulusan kehutanan, saya memang sudah tak asing dengan suasana seperti hutan, gunung dan lainnya. Dari SMA saja saya sudah join di Muda Wijaya Hiking and Mountenering Club. Disingkat MWHC. Sebuah ekstrakulikulikuler pilihan siswa. Dengan slogan keceeh nya. "Bina Insan Cinta Alam, Bakti negeri Jiwa Raga Kami." Masih apal loh saya sampe detik ini.
Back to KRB ya... Please don't expect too much dulu ya sebelum masuk ke dalamnya. Hmm. Gini loh. Kebanyakan pasti kita langsung ngebandingin sama Kebun Raya Bogor yang sudah tersohor sejak nenek moyang kita dahulu. Jauuuh ya pemirsah. Gak ada deh taman teratai yang terkenal itu disini. Okey, jadi lepaskan bayangan tentang Kebun Raya Bogor dulu ya.
Just nikmati saja KRB. Rileks dan tak perlu tergesa-gesa. Karena menikmati perjalanan itu butuh ketenangan. Piknik gak akan asik kalo kayak dikejar musuh. Santai, pikiran rileks. Sambil bercengkerama dengan suami/istri dan anak-anak.
Masuk dari pintu gerbang, di sebelah kiri akan ada plaza. Seperti areal terbuka dengan banyak tumbuhan obat dan buah ditanam didalamnya. Juga ada beberapa papan informasi budaya disana. Dibaca ya. Dipajang disitu, maksudnya buat dibaca. Hehe. Sapa tau nanti keluar pas kuis atau ujian di sekolah anak-anak gituuuh.
Tanaman yang ditanam dilengkapi dengan papan nama. Nama latinnya pun dicantumkan. Jadi anak-anak bisa membacanya dengan baik. Berasa keinget mata kuliah Dendrologi jaman dulu euy* Disuruh ngapalin nama-nama latin pohon-pohon di hutan. Namanya bagus-bagus loh. Banyak anak-anak Kehutanan yang Bapaknya kerja di Perhutani dulu, pasti deh dinamain ada nyerempet-nyerempet nama latin tanaman hutan.
Setelah itu, masuk terus, ada sebuah gazebo. Nah, suami saya memutuskan untuk melahap bekal yang saya bawa disana. Sambil saya berkeliling dengan anak-anak.
Ada sebuah bagunan. Tempat persemaian bibit-bibit tanaman yang akan siap ditanam. Rumah kaca. Yep, saya masuk kesana hanya bertiga dengan kedua anak saya. Sarah dan Yusuf.
Ketika Sarah sedang asik berkeliling. Saya dengan cepat meraih Yusuf yang sedang berusaha lari mengejar Sarah. Saya kaget saat mendapati ada seekor ular. Kira-kira sepanjang 30cm sedang mengarah ke Yusuf. Spontan, refleks saya menggendong Yusuf dan berteriak ke arah Sarah. Untuk mengajak mereka keluar dari tempat tersebut.
Lalu, saya melanjutkan perjalanan ke arah waduk. Yang menurut informasi dari petugas. Nantinya akan dibangun tempat outbond dan bumi perkemahan didalam sana. Sebuah danau yang sangat dalam. Beliau sudah memperingatkan kami agar hati-hati bila ingin kesana. Ada dua jalur menuju ke arah waduk tersebut. Kami putuskan mengambil jalan setapak yang lebih sempit dari jalur sebenarnya.
Melewati turunan yang curaaaaam sekali. Dan melewati jembatan kayu. Benar saja, kurang lebih berjalan tak beberapa lama, saya mendapati pemandangan sebuah waduk yang luas sekali. Sejauh mata memandang dikelilingi pohon-pohonan. Tapi sayang airnya keruh kecoklatan, mungkin setelah hujan semalam.
Lalu setelah puas menikmati pemandangan di waduk, kami putuskan untuk pulang. Mengikuti jalur yang sebenarnya. Nah, jalur ini agak menanjak ya. Bersiap untuk berjalan yang agak sedikit menguras tenaga. Tapi tak perlu khawatir, sesekali melihat sekeliling. Gak kerasa koq capeknya.
Kami bisa melihat burung hutan, dan suara monyet. Haduh apa ya namanya Sejenis bekakak mungkin ya. Walaupun setelah dicari tidak terlihat sosoknya.
Berkali-kali saya menanyakan ke Sarah. Capek gak mbak? Sarah hanya menggeleng dan mencoba untuk berjalan sendiri. Sampai dipertengahan jalan. Tiba-tiba rintik turun membasahi jalan. Huwaaaa mau hujan niiih. Mempercepat langkah yang mulai kelelahan. Sarah berhenti sejenak untuk mengisi amunisi. Minum. Dan saya mengenakan topi dan handuk ke kepala anak-anak saya.
Terus saya semangati Sarah agar Ia tak putus semangat. Senyum masih terlukis di wajah manisnya. Aaaaah anak mamah satu ini bener-bener jagoan deh!! Proud of u mbak. Gak banyak ngeluh, banyak nanya ini itu, asik lari-larian, ketawa-ketiwi. Begitu juga dengan Yusuf yang haha-hihi ajah di gendongan papanya. Enjoy dan rileks sekali, menikmati setiap langkahnya. Moment yang bikin saya dekat dengan anak-anak dan suami. Bahagia itu sederhana menurut saya.
Akhirnya sampai juga kami ke musholla. Kami beristirahat dan sholat disana. Tak lama kemudian kami pun pulang.
Nah, banyak pelajaran dan pengalaman yang saya ambil saat mengunjungi KRB kemarin. Untuk itu akan saya tuliskan sedikit tips dari saya.
Okey, tips yang pertama. Sebelum ke KRB pastikan anda tidak perlu memakai sandal wedges apalagi sepatu high-heels. Beneran bakalan pegel dan kempol juga capek loh. Apalagi kalo itu 'Hak' sukses nancep ke tanah. Huhu. Sayaaaang donk. Sayang sepatunya apa sayang orangnya hayooo? Tar kalo kejungkel susyaaah. Sakitnya tu disini *sambil nunjuk dengkul*. Maluuu maksutnya. Jadi lupakan memakai sepatu atau sandal berhak tinggi ya. Catet!
Sebaiknya memakai sepatu yang tertutup ya. Karena ini di hutan, jadi wajar donk ya kalo kita sampe ketemu serangga, sampai ular. Jadi daripada-daripada, mending usaha preventif lebih baik tetap harus kita utamakan ya. Safety first!
Walaupun jalanannya sudah rapi dan bersemen khusus untuk tracking pengunjungnya. Namun, tetap saja, ada beberapa tempat yang masih beralaskan tanah. Kebayang kan kalo habis hujan, beceknya.
Okey, tips yang kedua. Untuk yang membawa anak. Jangan lupa untuk membawa lotion anti nyamuk. Karena nyamuknya beneran banyaaaak dan segede gajah. Maap lebay*
Kita kan mau masuk hutan, ya wajarlah kalo banyak nyamuk. Jadi perlu disesuaikan dengan kondisi setempat ya. Bila perlu gunakan pakaian yang tertutup. Gapapa juga sih kalo nekad pake 'yukensi'. Tapi dijamin bakal jadi sasaran empuk nyamuk-nyamuk yang kelaperan disana. Hahaha.
Tips yang ketiga, bawalah air aqua untuk minum. Ini seriuuuus. Karena tracking nya lumayan menguras tenaga. Apalagi untuk anak-anak. Jadi membawa bekal minum, toh tak ada salahnya bukan? Selain itu juga tidak ada warung yang menjajakan makanan atau minuman di dalam. Juga air botol berfungsi juga bila hendak buang air kecil. Air disana sangat keciiiil sekali mengalirnya. Jadi harap maklum yaaa.
Tapi tenang, tempat ini difasilitasi tempat ibadah. Satu buah musholla yang terbilang cukup nyaman untuk sholat dan kamar mandi dilengkapi dengan tempat berwudhu. Walaupun saya harus menggotong ember sendiri ke kamar mandi. Karena kran di dalam kamar mandi mati. Jadi harus mengambil dari kran yang berada diluar.
Tips yang keempat. Bawalah topi atau payung lipat di tas. Bila membawa anak-anak. Karena kondisi cuaca yang tak menentu terkadang tak bisa kita prediksi. Hujan tiba- tiba saat didalam sana. Tidak ada sama sekali tempat untuk berteduh. Jadi sedia payung sebelum hujan nampaknya berlaku disini.
Tips yang kelima. Jangan buang sampah sembarangan dan coret-coret. 'I was here!' Haduuuuw beneran itu old school dan kamseupay sekaliii loh. Sampah masih banyak saya temui didalam. Padahal jelas-jelas banyak tong sampah di beberapa titik tempat. Saya mendapati di sebuah gazebo ada dua botol aqua berserakan, padahal itu cuma jarak beberapa meter dari tong sampah. Ngenesss deh liatnya.
Dan, tips dari saya yang terakhir adalah. Jangan banyak mengeluh dan komplen dengan keadaan disana. Memang banyak kekurangan disana-sini, wajarlah, toh baru juga diresmikan. Tugas kita lah menjaga dan ikut melestarikan cagar alam di sekitar kita. Kalau bukan kita, lalu siapa lagi?
Kesan saya pribadi. Masih harus banyak pembenahan disana sini secara fisik. Sepi pengunjung juga nampaknya karena belum banyak masyarakat yang tahu tentang keberadaan KRB ini. Hanya lewat blog dan web resmi dari KRB baru kita tahu. Dan itupun menurut saya kurang informatif. Bila di tambah beberapa sarana pendukung, saya optimis KRB bisa berkembang lebih baik kedepannya. Potensi yang harus bisa digarap dengan baik oleh Pemerintah Kota Balikpapan tentunya dibantu dengan banyak pihak. Termasuk masyarakat.
Visi pemerintah sendiri pada tahun ini akan membangun dan mulai meresmikan setidaknya 12 Kebun raya di seluruh Indonesia. Waaah patut saya acungi jempol deh!
Asal niat baik ini dibarengi dengan prilaku pengunjung yang mengerti benar bagaimana harus bertingkah laku didalam lokasi wisata alam. Terkadang banyaknya jumlah pengunjung, malah menjadi ancaman untuk beberapa tempat wisata alam sendiri. Semoga kita tidak demikian ya.
Semoga sharing dari saya bermanfaat, dan nantikan review perjalanan saya berikutnya. InsyaAllah. ^^
“Katakanlah, Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi [1148]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” ( Q.S Al- Ankabut : 20 ).
***
Balikpapan, 1 Sepetember 2014